Rabu, 29 April 2009


Di tengah tekanan bursa Asia akibat pandemi flu Babi (Swine Flu) di
kawasan Meksiko dan menyebar ke berbagai belahan wilayah dunia lain,
IHSG kemarin justru bergerak anomali dengan membukukan kenaikan
1,26%, bahkan sempat menguat ke 1618. Saham sektor farmasi (INAF,
KAEF, KLBF) terangkat oleh isu flu Babi tersebut, karena investor
berspekulasi penjualan obat/makmin kesehatan akan meningkat. Perlu
diluruskan jika asumsi bahwa obat antivirus Flu Burung bisa dgunakan
untuk Flu Babi. Selain itu hanya Indofarma yang ditunjuk pemerintah untuk
memproduksi Tamiflu (antivirus flu burung). Rebound pada saham TLKM,
ISAT, BBNI, BBRI, ITMG menyumbang pada apresiasi indeks kemarin.
Meski pun Meneg BUMN mengindikasikan profit 2008FY TLKM mengalami
penurunan hingga 20% YoY, tetapi market melihat penurunan itu lebih
dikarenakan adanya forex loss, sementara laba operasional masih tumbuh.
Sementara keputusan pengadilan Singapura yang memvonis Deutsche Bank
bersalah dalam melanggar kewajibannya sebagai pemegang agunan saham
Adaro terhadap Beckkett tidak sampai menekan harga saham ADRO jatuh.
Koreksi yang terjadi masih dalam kisaran support level ADRO. Sahamsaham
grup Bakrie masih aktif diperdagangkan.
Jika IHSG mampu bergerak independen seperti kemarin, meski pun Wall
Street tertekan karena mewabahnya kasus flu Babi, maka indeks berpotensi
bergerak positif lagi mengabaikan sentimen market global dengan menguji
resistance level 1639/1664. Selain belum ada kasus itu di Indonesia, IHSG
secara teknis masuk area oversold dan menunjukkan up reversal. Laporan
keuangan 1Q09 emiten yang diperkirakan banyak di-release pada pekan ini
akan menjadi katalis di bursa. Laporan keuangan emiten perbankan
biasanya paling awal dipublikasikan. Perhatikan saham PTBA yang
membukukan peningkatan laba signifikan di 1Q09. Namun potensi up side
lebih jauh bisa terhambat oleh result emiten yang mengecewakan. Result
1Q09 ini bisa dianggap sebagai indikasi awal kinerja emiten di tahun 2009
dari dampak krisis keuangan yang telah berlangsung lebih dari 1 tahun ini.
Ancaman lain adalah depresiasi Rupiah yang terseret oleh mata uang Asia
lain. Perlu diwaspadai kemungkinan berlanjutnya tekanan di bursa global
secara masif, karena kasus Swine Flu ini mengingatkan pada kasus SARS
beberapa tahun silam yang juga sempat menekan perekonomian dunia.
IHSG berpotensi bergerak positif lagi mengabaikan sentimen market global
terkait dengan Swine Flu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar